belajari arti hidup melambat

hidup melambat hidup yang berkualitas by izzahrondiyah

 

Anak adalah sosok manusia yang kecil dan rumit. Apalagi pada usia tumbuh kembang dibawah 5 tahun. Kecil mungkin benar lalu rumit apakah benar, ini sesuatu yang kurang tepat rasanya. Namun fitrahnya sebagai orang tua apalagi ibu adalah induk untuk anaknya. Dia akan terus mengekor dan mengikuti induknya. Hingga tanda sadar dia bisa menjadi meniru semua hal yang orang tua lakukan. Cara orang tua ngobrol, jalan atau gayanya sehari-hari. Lucunya anak itu hehehe

Aku baru menyadari hal ini, saat melahirkan dan menemani anakku ternyata hidupku melambat, hidupku melambat dari perspektif diri sendiri dan orang lain. Dan aku merasa bahwa hidup melambat adalah hal yang buruk, aku merasa tidak bergerak dan kalah dalam persaingan hidup. Menjadi ibu rumah tangga seperti memberhentikan aku dari perjalanan hidupku. Namun hal ini adalah kesadaran ku yang dulu. Kesadaran yang wajar untuk aku rasakan, hal ini normal untuk dirasakan pada diriku.

Namun saat aku mencoba menelaah kembali dan melihat keselarasan dengan perjalanan hidupku, bahwa moment ini adalah hal yang harus ku syukuri dan jalani. Karena tanpa aku sadari hidup yang melambat ini dapat meningkatan kualitas hubungan ku dengan anak dan pasanganku. Aku tidak perlu terburu-buru dalam mendampingi anak. Mendampingi anak yang masih pada fase belajar memang memerlukan banyak waktu dan harus dijalani secara terus menerus dan berulang.

Ternyata adanya anak membuatku hal yang itu-itu saja namun berkualitas. Hidup yang gini-gini aja hidup yang pada anggapanku ini aku melambat dalam dan merasa buruk, namun pada sejatinya hidup yang melambatku ini telah Allah rancang untuk bisa mendampingi anak secara utuh dan sepenuhnya. Aku bisa menemani anak belajar makan sendiri dengan tenang tanpa merasa tertekan akan apapun.

Anakku juga bisa tumbuh dengan baik, dengan pendampingan yang baik juga namun untuk mencaiptakan hal ini, kesadaran bahwa setiap momen dan tahap kehidupan telah Allah atur dengan aturannya yang terbaik. Lalu coba melihat dari berbagai perspektif hinga menemukan hikmah yang baik didalamnya.

Kini aku akan lebih menikmati hidup ini, menjalani peran sebagai ibu yang utuh dan sepenuhnya untuk anakku. Hidup yang gini-gini aja adalah hidup yang tenang dan memiliki kualitas.

 

0 Comments