Berdamai dengan Trauma

kegiatan yang kita lalui akan menjadi sebuah kenangan. kegiatan yang telah lampau itu menjadi isi dari pikiran kita terkadang kita bisa saja melupakannya ataupun bisa mengingat kembali. Coba jika di kalkulasikan lebih banyak mana antara kenangan baik atau buruk ? antara dua hal ini tergantung dari kegiatan apa yang lebih dominan atau terjadi secara terus menerus. Jika kita melakukan banyak kegiatan yang membuat kita bahagia pasti akan menjadi kenangan yang indah. namun sebaliknya jika kita lebih banyak memiliki banyak kegiatan yang buruk. tentu itu akan menjadi kenangan yang buruk.

Memiliki banyak kenangan indah mampu menjadi booster semangat kita. kenangan itu meski telah lama namun rasa yang dibawanya akan tetap melekat. begitupun dengan kenangan buruk yang justru bisa membawa kita pada tahan trauma. Trauma adalah kondisi yang timbul sebagai akibat dari pengalaman atau peristiwa buruk yang dialami oleh seseorang, seperti kecelakaan, korban kekerasan fisik, atau bencana alam.

serangkaian peristiwa buruk itu menjadi trauma jika mempengaruhi kondisi fisik dan mental kita. bahkan pada tahapan tertentu ini akan bisa membuat kita benar-benar kita memiliki respon tubuh kita jika mengingat hal tersebut.

namun bagaimana pun yang terjadi, penting untuk kita bisa bangkit dari trauma dan mengubahnya menjadi api menyulut semangat. bukan sebaliknya menjadikan trauma sebagai pengekang diri untuk terus melanjutkan peristiwa buruk itu terjadi. Dan ini cerita ku bagaimana aku mencoba melepas trauma dulu waktu ku kecil. 
.
Aku masih ingat betul dulu aku pernah dibentak oleh ibuku sendiri. Sembari berkata bahwa aku terlalu manja berbeda dengan anak-anak asuhnya yang lain. Dan peristiwa itu menjadi sebuah trauma dan belum bisa ku lepaskan. Meski berat rasanya untuk mencoba mencerna semua dengan pikiran terbuka. Namun dulu aku masih kecil kelas 5 sekolah dasar.

Perasaan terluka itu masih ada. meski saat ini aku sudah dewasa dan bahkan menjadi seorang ibu. Akan tetapi itu menjadikan ku membuat jarak untuk diri ku sendiri. Agar aku bisa melerai gejolak kemarahan kepada sosok ibuku.

saat ini membuat jarak adalah hal yang teraman. Agar semua berjalan baik, dan tidak mengingat hal tersebut. Kenangan buruk itu menjadikan ku sosok ibu yang berjanji untuk tidak membentak anak ku sendiri serta membandingkan dengan orang lain. 

Aku mencoba mengubah trauma itu menjadi nyala api agar aku tidak melakukan hal itu kepada anakku. Karena aku paham betul bagaimana perasaan tidak mengenakan itu ada dan terus bersarang dalam diriku.

Ternyata memiliki kenangan buruk terhadap orang tua sendiri cukup menyakitkan dan membuat sebuah ketidak nyamanan. Aku tahu diluar sana banyak anak-anak yang memiliki banyak trauma yang beragam. Mereka yang tetap bertahan hidup dengan memakan semua pil pahit itu tanpa bisa dijeda. 

Mereka yang saat dewasa dengan bijak memilih untuk menerima semua hal itu dan secara pelan-pelan menjadikannya semangat untuk perbaikan diri dan tidak lagi meneruskan trauma tersebut kepada orang lain. Meraka adalah sosok-sosok yang tangguh yang berperang pada diri mereka sendiri. Meraka kuat dan tentunya bijak untuk memilih hal tersebut.

Namun tidak juga dengan hal lain. Ada yang masih terkungkung dalam trauma dan secara sadar atau tidak sadar melakukan hal itu kembali kepada orang lain. Ini akan menjadi berat jika terus saja memelihara Trauma yang berat. untuk itu perlu adanya teman atau dokter untuk membimbing keluar dari trauma agar bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi. 

jadikan kenangan buruk itu sebagai pengingat kita agar tidak melakukan hal itu kepada orang lain. Terima saja perasaan sesak , marah dan kecewa itu. Sadari aja bahwa itu semua hal yang lumrah untuk kita rasakan. Hingga untuk seterusnya kita bisa bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

0 Comments