Catatan Untuk Masa lalu



Pada waktu perubahan musim, semilir angin yang membawa kelembapan air akan berganti dengan angin yang membawa sinar terik matahari, dan berjalan begitu seterusnya. Berlalu seperti tiada makna dan arti didalamnya. Namun pada hakikatnya setiap detiknya mempunyai makna bagi dia yang merasakan hatinya ikut berirama dengan irama alam. Yang hatinya murni seperti embun pagi dan itu adalah Kamu.
.
"hei. . .kau melihatnya ?". Dedaunan yang mulai menguning dan berjatuhan. Pohon itu seperti sudah tidak memiliki harapan lagi untuk bertahan hidup. Ucap ku ketika aku mengamati pohon yang berada di depan kami kala itu.
.
" Itu ?. . . Pohonnya akan tetap bertahan karena selesai semua daun itu berguguran, akan tumbuh tunas muda dengan daun yang hijau dan segar". Ujarnya dengan tatapan yang tidak lepas dari pohon yang kita bincangkan sembari tangan yang menunjuk pada bagian ranting yang sudah nampak tumbuh tunasnya.
.
"ada yang ingin kamu tambahkan ?". . ."Aku tahu bagi mu alam tidak hanya sebatas alam, angin tidak sebatas angin. begitu dengan pohon itu bukanlah sebatas pohon". Tanya ku dengan mata yang mulai merasakan kehadiran diri nya. Dia selalu seperti itu menemukan setiap makna pada apa saja yang ia lihat.
.
" Aku ingin . . . tapi ini bukan tentang pohon itu, ini tentang mu". Sambungnya. Dia tetap tidak terlihat namun kehadirannya seolah nyata dan aku bersiap untuk mendengarkan apa yang akan Ia katakan.
.
Saat Hidup kita terus berjalan. Rentetan demi rentanan peristawa akan membuat sebuah cerita. Mereka terjalin antara satu dengan lainnya. Seperti Masa lalu, masa ini dan masa depan. Aku Ingin kau melihat kembali setiap tumbuhnya tunas dari dahan yang mungkin tidak menyakinkan ia akan bertahan. Itu seperti Aku ingin kamu tetap yakin akan adanya harapan meski saat tertimpa ujian.
.
Daun - Daun menghijau lalu mengkuning dan gugur pada masanya. Jika Daun itu tetap saja menghijau. Maka tidak ada lagi daun baru yang akan tumbuh. Begitupun Hidup kita.
.
Masa lalu, Masa sekarang dan Masa depan memiliki waktunya sendiri. Meski antara kita dan masa lalu tidak bisa terpisahkan, akan tetapi jika kita hidup dengan masa lalu, kita seolah merantainya pada ruang dan masa kita saat ini. Akibatnya kita tidak akan bisa tumbuh sepenuhnya. Karena untuk bisa tumbuh sepenuhnya kita perlu merelakan masa lalu, menerimanya dengan apa adanya dia.
.
Sakit hati mu, Kesepian mu yang membuatmu ingin mengakhiri hidupmu, Kesedihan mu yang masih terpendam, yang tercipta oleh masa lalu mu akan membuat luka yang selalu kau bawa meski saat ini kau bisa tersenyum dan tertawa bersama ku. Namun aku selalu tahu. Kamu tidak sebahagia itu.
.
Terimalah semuanya apa-apa yang terjadi pada masa lalu mu. Lalu bebaskan dirimu dari beban yang kau pikul, untuk hidup mu yang sepenuhnya, sepenuhnya ada di masa sekarang. Dan untuk hidup mu di masa depan.
.
Aku hanya terdiam. Daun yang mengkuning harus digugurkan agar tunas yang baru dapat tumbuh dengan sepenuhnya.
Bagitukah cara Tuhan mengajarkan kita. bahwa ada saat kita merelakan untuk melepaskan bagian terpenting dalam hidup kita. Jika sudah masanya Ia perlu belajar untuk terima melepaskannya. Dan jalani hidup dengan sepenuhnya. Dengan penuh syukur dan bahagia saat ini dan untuk masa depan.
.
untuk mu
Diri yang saat ini masih hidup dalam lara masa lalu.